UNDUH AKSI NYATA TOPIK DISIPLIN POSITIF: PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI


RESTITUSI DISIPLIN DIRI (RDD)

Pernahkah bapak/ibu guru menangani permasalahan siswa di sekolah? Permasalahan apa saja yang pernah dilakukan oleh siswa di sekolah? Tentu pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak asing lagi bagi bapak/ibu guru. Acap kali siswa membuat kenakalan-kenakalan kecil seperti ribut di kelas, berkelahi dengan temannya, terlambat datang ke sekolah, dan masih banyak kenakalan-kenakalan yang acap kali dilakukan oleh siswa. Lalu apa yang bapak/ibu lakukan melihat kejadian seperti itu. Banyak dari kita yang biasanya memberikan efek jera kepada siswa dengan cara memberi model pendisiplinan seperti berdiri di depan kelas, atau kita menggunakan model mengambil dan mengurangi hal yang mereka senangi? 

Terkadang kita sebagai guru, melakukan model pendisiplinan yang beragam untuk membuat efek jera pada siswa. Namun apakah benar siswa akan jera? Pada kenyataannya, siswa melakukan kesalahan yang sama kembali. Hal inilah yang membuat guru merasa jengkel dan cenderung melakukan model pendisiplinan yang secara berulang. Pada akhirnya kita merasa tidak berhasil mendidik siswa. Tidak sedikit guru berpikir dan memberi label kepada siswa. Praktik pendisiplinan seperti ini tentu akan sangat melelahkan dan tidak pernah memperoleh hasil yang sesuai harapan. 

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendisplinkan diri yaitu dengan Restitusi. Restitusi adalah metode untuk penyusunan kembali model disiplin sekolah. Restitusi berfokus pada solusi atau penyelesaian masalah yang bisa dilakukan, bukan pada masalahnya. Restitusi mengajak siswa untuk mengidentifikasi kembali tindakannya, sehingga dia bisa menganalisis dan memikirkan langkah yang tepat dalam pemecahan masalah. 

MENGAPA RESTITUSI WAJIB DILAKUKAN

Ada 6 filosofi restisusi yang wajib bapak/ibu guru ketahui bersama. Adapun ke-6 folosofi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Kesalahan adalah hal yang normal. Karena manusia berbuat salah setiap harinya.
  2. Setiap manusia tahu jika berbuat masalah.
  3. Semakin disalahkan dan dikritik, membuat dia menjadi tidak percaya diri dan berfokus pada kesalahan.
  4. Proses dari restitusi menguatkan setiap individu karena diri sendirilah yang menyelesaikan dan memperbaiki kesalahan
  5. Proses restitusi membuka banyak kesempatan bagi setiap murid untuk meraih "sukses", merasa dihargai, dan lebih terbuka untuk percaya pada diri sendiri juga pada orang lain.
  6. Individu yang tumbuh pada proses restitusi menjadi lebih mengerti bahwa kesalahan adalah hal yang biasa. Sehingga, dia pun akan melakukan proses restitusi pada sekitarnya.
Restitusi memberikan kemerdekaan pada siswa untuk menyelesaikan masalahnya, bukan guru yang memutuskan. Ketika ia berhasil, maka akan muncul penghargaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Murid lebih berharga dan percaya diri. 

SEGITIGA RESTITUSI

Penerapan restitusi pada siswa dilakukan dengan 3 tahap yang dikenal dengan nama segitiga restitusi yang meliputi: Menstabilkan Identitas/ Stabilize the identity, Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior dan Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief. 
Gambar 01. Segitiga Restutusi


Tahap 1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity
Pada tahap ini siswa diajak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa kita lakukan. Guru dapat mengucapkan kata – kata sebagai berikut:
  • Berbuat salah itu tidak apa- apa
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu
  • Kita bisa menyelesaikan ini
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi ingin mencari solusi dari permasalahan ini
  • Kamu berhak merasa begitu
  • Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Tahap 2. Validasi Tindakan yang Salah/Validate the Misbehavior
Perbuatan yang salah pada siswa seringkali dilakukan untuk memenuhi beberapa kebutuhan pada manusia. Disinilah guru harus mampu memahami maksud perbuatan peserta didik tersebut. Guru dapat mengucapkan:
  • Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini, ya?
  • Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu?
  • Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu
  • Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.

Tahap 3. Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief
Pada tahap ke 3, peserta didik siap untuk dihubungkan dengan nilai – nilai yang dia percaya dan menjadi orang yang dia ingingkan. Guru dapat mengucapkan kata – kata berikut:
  1. Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  2. Apa nilai – nilai umum yang telah kita sepakati?
  3. Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  4. Kamu mau jadi orang seperti apa?
Melalui tindakan restitusi siswa dapat menyadari dan mengakui kesalahan yang dia lakukan secara terbuka dan sukarela sehingga setelah proses restitusi tertanam kesan rasa nyaman dalam diri siswa dan komitmen untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. 

Untuk lebih jelasnya mengenai topik Disiplin Positif, berikut dibagikan salah satu contoh Aksi Nyata topik Penerapan Segitiga Restitusi

 
Semoga contoh Aksi Nyata ini dapat mempermudah bapak/ibu di dalam membuat aksi nyata topik Displin Positif: Penerapan Segitiga Restitusi
Yudi Candra Saya adalah seorang guru Sekolah Dasar yang ingin berbagi informasi sekaligus menambah informasi saya mengenai pendidikan

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "UNDUH AKSI NYATA TOPIK DISIPLIN POSITIF: PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI"

Post a Comment

link 5 baris

atas 2

Iklan Tengah Artikel (5 baris)

bawah